Too Much Hate Will Kill You

Apa??? Istri Presiden Turki datang ke Aceh menjenguk pengungsi Rohingya?? Benar-benar heran saya, kok mereka percaya begitu saja pada berita seaneh ini. Agaknya, ilmu HI itu memang penting diketahui publik. Kunjungan selevel ibu negara dari negara asing, mana mungkin ujug-ujug, langsung datang ke Aceh? Secara diplomatik itu kan ga mungkin bangeeet..?? *tepok jidat 10x*. Kalau bener istri Presiden Turki datang ke Indonesia, mustilah disambut oleh pejabat tinggi negara kita, dan beritanya pasti ada di media-media terkemuka. Lha ini, diberitakan oleh ABU-ABU-an *dan ternyata dia konon ustadz lho* Anehnya demikian banyak orang yang percaya (sedemikian awamnyakah orang Indonesia? Tapi yang nge-share saya liat sebagiannya orang-orang terpelajar tuh). Dalam waktu 7 jam, sudah 1300 lebih yang share.

(klik untuk memperbesar)

(klik untuk memperbesar)

Dan saat saya baca komen-komennya… gila… benci banget mereka sama Jokowi, ia dan istrinya dimaki-maki dengan kata-kata yang kasar. Bahkan ketika ada yang mengingatkan bahwa itu berita kunjungan istri Erdogan ke Myanmar (BUKAN ACEH) tahun 2012, jawabnya tetap ngeyel, seperti ini:

turki-aceh2a

(klik untuk memperbesar)

Persis kayak kelakuan sebagian dari mereka dulu saat saya ingatkan bahwa foto-foto yang disebarluaskan untuk menjustifikasi jihad di Suriah (dan menggalang dana dari masjid ke masjid, kampus ke kampus) adalah foto-foto dan video-video palsu.

Balik ke soal urusan diplomatik, saya sudah googling  barusan, kunjungan Erdogan (saat itu statusnya perdana menteri) dan istrinya ke Myanmar 2012 itu didampingi dengan Menlunya, dan diumumkan secara resmi sebelum berangkat, diberitakan di media resmi Turki *tanpa abu-abu-an*. Artinya, ga ujug-ujug ngelencer masuk ke provinsi Rakhine (tempat dimana orang Rohingya berada, sekitar 214 km dari Naypyidaw, ibukota Myanmar). Jadi, kalau ada pejabat negara lain nekad masuk wilayah Indonesia tanpa kulonuwun, ujug-ujug begitu aja, itu sudah pelanggaran kedaulatan, kalian harusnya tersinggung masbroooow.

Btw, sebelumnya, mereka itu ribut dengan komen-komen yang sangat kasar, sampai melaknat-laknat presiden segala, terkait Al Quran langgam Jawa. (Padahal, kemudian, mahasiwa Al Azhar memperlihatkan video bacaan Quran tersebut kepada dosen-dosen mereka, dan ternyata ga masalah tuh). Lalu, komen-komen kasar luar biasa juga ditujukan kepada ketua BEM UI yang bersedia diundang ke Istana oleh Jokowi.

Disclaimer: Saya sendiri sudah beberapa kali nulis bahwa kebijakan ekonomi Jokowi dan Prabowo bakal sama saja (bedanya hanya siapa orang kaya di belakang mereka; ini prediksi berdasarkan pengetahuan saya soal konstelasi ekonomi-politik global lho ya, bukan suka/tidak suka); saya juga pernah mengkritisi fakta sebagian program Jokowi sangat bersesuaian dengan ‘titah’ Bank Dunia, dan ini sangat buruk; saya sejak lama (jauh sebelum pemilu) sudah menuliskan kritikan pada Bank Dunia. Jadi, tulisan saya ini tidak dalam rangka membela pak Presiden (dia juga ga perlu dibela saya, da saya mah siapa atuh lah).

Saya cuma ingin mengingatkan : TOO MUCH HATE WILL KILL YOU.

Bahwa kemarahan akan membunuh/mematikan, juga diungkapkan dalam Al Quran “muutu bighaizhikum” (matilah kalian dengan kemarahan kalian).

Kalau Anda belajar sedikit saja ilmu psikologi (saya bukan psikolog tapi sangat suka baca buku-buku psikologi, terutama soal self healing), Anda akan temukan bahwa kemarahan itu adalah emosi negatif yang akan menyumbat peredaran darah, dan akan memunculkan banyak penyakit. Deepak Chopra dalam bukunya pernah cerita bahwa pasiennya ada yang mati bukan karena penyakitnya, tapi karena cemas (=emosi negatif) memikirkan penyakitnya itu.

Di antara yang men-share berita bohong itu dan memaki-maki itu, saya lihat banyak ibu-ibu, akhwat-akhwat… Ckckck… kasianilah diri kalian sendiri mbaksis. Urusan kalian udah banyak bingiiits… ngurus anak, suami, pengajian, mikirin tagihan rekening listrik, beli gas, bayar SPP, dll. Ngapain membunuh diri sendiri dengan membenci orang yang bahkan ga kenal sama kalian?

Update: karena banyak masuk komen “salah sambung” (sepertinya karena terlalu marah, jadi tidak baca baik-baik tulisan saya, juga tidak mengklik gambar yang saya upload di sini), saya klarifikasi: status yang ditulis Abu **** berbunyi: IBU NEGARA TURKEY SUDAH SAMPAI ACEH MENEMUI PENGUNGSI ROHINGYA, MANA IBU NEGARA KITA –> pertama, ini berita palsu, kedua, dia ingin mengkritik Jokowi dgn cara menggunakan berita palsu, dan disambut komen2 kemarahan/kebencian oleh komentator. Inilah poin tulisan saya. Dengan demikian, out of topic kalau dijawab “lha tapi kan emang bener, Turki bantuin Rohingya.. kan emang bener istri Erdogan menemui orang Rohingya”. Maaf komen-komen Anda tidak saya tayangkan, saya tidak punya waktu berdebat dengan orang yang salah sambung. Tapi saya sedang mempersiapkan tulisan ilmiah terkait penanganan pengungsi Rohingya, harap ditunggu saja, karena butuh riset.

Baca tulisan saya terkait: Rohingya dan Kita dan NOPE, NOPE, NOPE

22 thoughts on “Too Much Hate Will Kill You

  1. Ka anak HI mana? tahun ini saya juga mau ngambil HI sih. ahaha maaf curhat. Oh iya tapi memang itu sudah menjadi kebiasaan kita selaku orang Indonesia apalagi kalau sudah menyangkut sentimental agama. Duh langsung jadi buta fakta dan bakal langsung berani vokal.

  2. Luar biasa saya benar2 tidak menyangka mereka bisa sejahat ini sekarang, nampak sejak pilpres 2014,sampai saya merasa hampir membenci mereka tapi lalu sadar kalau saya jadi pembenci lalu apa bedanya dengan mereka (uuh gemesnya)

  3. Yth Ibu Dina,

    terima kasih untuk pencerahannya bagi masyarakat Indonesia yang lebih terdidik.
    Saya sepakat dengan pernyataan terlalu banyak kebencian akan membunuh kita.

    Saya berpendapat bahwa manusia cenderung untuk bersekutu dengan orang yang memiliki kebencian yang sama ketimbang kesukaan yang sama. Sayangnya kecenderungan tersebut disalahgunakan oleh segelintir orang/kelompok.

    Ibu Dina, saya pribadi juga yakin bahwa beberapa “haters” yang berkoar-koar di sosial media itu bukan orang yang yang sebenarnya. Saya berasumsi ada kelompok yang dibayar untuk memanipulasi opini publik secara masif. Sehingga apabila ada “manusia asli” yang berkoar2 penuh kebencian, kemungkinan besar terkena dampak hilir dari manipulasi opini publik.

    Tindakan pembelaan suatu oknum tertentu secara buta, baik jokowi maupun prabowo, tidak akan pernah membawa kebaikan apapun bagi bangsa Indonesia. Semoga bangsa kita bisa maju, dimulai dari pikiran.

    Salam

  4. Pingback: Hoax Bukan Bid’ah Menurut Wahabi | Salafy News

  5. assalamulaikum,
    terimaksih pencerahannya bu…
    tapi apakah bantuan dari Turki juga hoax ? karena berita ini saya dapatkan salah satu program kajian TV di pagi hari ( di stasiun Tv T**** 7 ), dan saya lihat pengawas program ini juga ustad yang terpercaya.
    jujur saya menyebarkan beita ini, tapi maksud saya bukan menyidir pemerintah, tapi menyadarkan kita, karena prinsip saya ” pemerintah cerminan rakyat” 😀

    tapi mulai sekarang saya akan jauh lebih hati – hati. harus rajin – rajin kroscek sana – sini… SEMANGT bu Dina… 😀

  6. Ibu Dina yang terhormat, saya sangat kagum dengan pola pikir Anda. Anak HI yang sesungguhnya harus memiliki pola pikir seperti ibu karena ibu bisa mengontrol otak ibu sendiri. Banyak saya temui teman2 saya sesama lulusan HI yang memiliki pemikiran sangat tidak HI sampai mereka memusuhi saya hanya karena saya beragama katolik. Saya selalu bilang ke mereka juga bahwa “too much hate will kill you” sama seperti perkataan ibu di atas tapi untuk mengerti kalimat sepolos itu saja mereka tak bisa karena mereka hanya menggunakan hati padahal dalam HI issue2 yang ada sangat beragam jadi saya bilang kalau jangan hanya dari satu sudut pandang saja ketika menelaah suatu issue ehh tapi tetap saja mereka sangat tidak paham dan mudah di kontrol otaknya sama orang lain sampai saya heran sendiri kenapa bisa seperti itu padahal mereka lebih pintar dari pada saya ketika kuliah dulu. Faktanya orang2 Indonesia pola pikirnya masih sangat awam dan mereka selalu hanya menggunakan hati tak mau menggunakan otak padahal menurut saya hati dan otak/logika harus main bersamaan. Artikel ibu ini sangat bagus.

  7. Faktanya, baik komentar kasar di postingan facebook yang disinggung di atas atau penulisan artikel ini sebenarnya sama – sama tidak membantu meringankan beban pengungsi Rohingya. Suatu hal yang seharusnya jadi perhatian utama.

    • Jadi maksud Anda gimana? Perbuatan buruk ga perlu dikritik ya?

      Soal bantu-membantu, ini tulisan saya yang lain. Mudah2an bisa menambah wawasan.


      NOPE, NOPE, NOPE

      Saat ditanya wartawan soal komitmennya membantu pengungsi Rohingya, PM Australia, Tony Abbot menjawab enteng, “Nope, nope, nope.” (tidak, tidak, tidak)

      Abbot memang ahli dalam urusan melempar tanggung jawab soal pengungsi kepada Indonesia. Beberapa waktu lalu, dia membeli lifeboat berwarna oranye dari Singapura. Lalu, ketika ada kapal berisi pencari suaka yang masuk ke perairan Australia, aparat menangkap penumpangnya, lalu memaksa mereka masuk ke lifeboat itu dan digiring masuk ke perairan Indonesia. Setelah terdampar di Indonesia, otomatis tanggung jawabnya jatuh ke tangan Indonesia. Padahal Indonesia tidak menandatangani Konvensi PBB tentang pengungsi; Australia menandatanganinya. Tapi Indonesia sudah menjalankan kewajiban kemanusiaannya dengan menampung lebih dari 11 ribu pengungsi dari 41 negara; termasuk yang ‘dibuang’ oleh Australia. Padahal Indonesia bukan tujuan para pengungsi. Semua juga tahu, sulit cari kerja dengan penghasilan tinggi di Indonesia. Mereka ingin ke Malaysia dan Australia; tapi terdampar di sini

      Indonesia sudah berbuat sangat banyak dan melampaui kewajibannya (istilahnya: sudah ‘extramile’) untuk Rohingya selama ini (jadi mengevaluasinya tidak bisa sebatas sebulan terakhir saja, dengan dilandasi kebencian pada pemerintah saat ini). Jumlah pengungsi Rohingya dan Bangladesh (mereka sering disangka sama karena berasal dari kapal yang sama) di Indonesia 1346 orang.

      Tahun 2012, JK datang langsung ke Myanmar membawa bantuan; Menlu Marty juga ke Myanmar tahun 2014 menyampaikan komitmen bantuan 1 Juta Dollar dan bertemu langsung dengan warga etnis Rohingya *sayangnya tidak sambil nangis* dan pada Desember 2014, Wamenlu AM Fachir meresmikan 4 sekolah bantuan Indonesia di 3 desa di Rakhine (daerah konflik) dengan menggunakan dana 1 juta dollar itu. Civil society pun tak kalah sigap, misalnya MER-C yang sudah dua kali mengirim misi bantuan medis ke Rakhine.

      Jadi, bantulah Rohingya dengan ‘pride’ atau kebanggaan sebagai bangsa. Kita ini bahkan jauh lebih beradab dari Australia. Juga ingatlah, masih ada 90.000 pengungsi domestik (mereka yang terusir dari kampung halaman karena berbagai konflik SARA) yang jauh lebih penting dibantu agar bisa kembali ke kampung halaman. Jangan selalu sibuk mengurus tetangga sementara saudara sendiri diabaikan.

      Jangan kayak oknum di foto (kanan), yang menggunakan foto kapal perang milik Indonesia (KRI Sultan Iskandar Muda 367) untuk mengelu-elukan pemerintah negara asing: “Amanat Presiden Turki Erdogan kepada Pemerintah Indonesia dan Malaysia: …Jangan halang armada kapal perang kami memasuki perairan Indonesia dan Malaysia…” Memalukan.

  8. lain kali, kalau ada photo lady gaga lagi meluk fans yang dari india dan sekitarnya,..langsung aja bikin beritanya “Lady Gaga begitu peduli terhadap pengungsi, dimanakah para artis kita?”..biar sekalian ga nanggung kalau mau bodohin bangsa ini…anyway, tulisan yang bagus bu dina, jangan habiskan waktu berdebat ama yg kontra bu dina,..karena mereka sudah terlanjur malu dan ngerasa bodoh sehingga mereka cenderung defensif mempertahankan “kebodohan” mereka…..Mending bu dina alokasikan waktu nya buat tulisan yang lebih mencerahkan lagi….sukses bu

  9. Mbak Dina, saya sangat mengapresiasi tulisan Mbak. Saya melihat fenomena dimana dalam banyak isu, ada orang-orang seperti Mbak Dina yang dengan sangat generous mau menuliskan artikel argumen sekaligus klarifikasi secara evidence-based, sistematis, dan logis. Akan tetapi, sangat disayangkan sasaran pembaca utamanya sering tidak membaca artikel-artikel ini, karena kalau mereka pada dasarnya sudah terbiasa iqra, ya jelas tidak mungkin merespon dengan cara demikian :’) Terimakasih, Mbak Dina, sudah tetap optimis dengan masih mau memberikan pengetahuan di tengah masyarakat yang membuang muka pada pengetahuan.

    • Terimakasih mbak Citta. Artikel ini sudah di-share lebih dari 10rb kali via fb; juga dicopas teman-teman di facebook. Ada sebuah fanpage yang saya tahu mengcopasnya, dan dishare ulang lebi dari 1000 kali. Dari komen-komen kasar dan marah atas tulisan saya ini (baik di facebook, atau yang masuk ke blog saya, tapi tidak saya tayangkan), saya perkirakan pihak-pihak yang saya kritisi itu juga ikut membaca. Tapi saya meyakini bahwa yang memberi ‘petunjuk’ itu bukan saya, melainkan Allah. Saya hanya menjalankan ‘tugas’ menyampaikan, jadi no problem “mereka” baca atau tidak 🙂

Leave a comment