Sinetron Para Pencari Tuhan yang ditayangkan pada waktu sahur memiliki salah satu cerita (di antara berbagai cerita lain) yang menurut saya menarik sekali. Ceritanya, Pak Jalal punya banyak utang dan merasa terbebani dan takut bila kelak dia tak sanggup membayar hutang. Dia pun minta saran dari Bang Jack yang menjawab bahwa membayar hutang harus disegerakan karena di dalam hutang itu ada hak orang lain yang akan dibela Allah hingga hari akhirat. Dengan kata lain, bila kita mati dalam keadaan menanggung hutang, Allah tidak akan membebaskan kita dari tanggung jawab. Kalau keturunan kita tidak melunasi hutang itu, Allah akan mengambil pahala-pahala kita untuk diserahkan kepada orang yang dihutangi; bila ga punya pahala untuk diserahkan, akan dihukum di neraka.
Karena itu, mumpung Pak Jalal masih kaya, dia cepat-cepat membayar hutangnya, meskipun untuk itu dia harus menjual semua harta bendanya. Pak Jalal bahkan akhirnya terpaksa hidup di rumah kontrakan dan menjadi miskin.
Tindakan Pak Jalal menurut saya mengagumkan. Hari gini?! Betapa banyak kita temui orang –baik individu, perusahaan, atau negara- yang gemar berhutang, tanpa peduli urusan pembayaran. Di sekeliling saya banyak orang yang berhutang ke renternir dengan bunga tinggi. Seorang ustazah yang prihatin, mengajukan ide untuk membuka lembaga peminjaman untuk menjauhkan warga dari renternir. Tapi ide itu tidak disambut jamaah. Alasannya: orang yang berhutang ke renternir akan selalu tepat waktu bayar hutang, dan bahkan merelakan barang-barangnya dijual untuk bayar hutang (soalnya debt collectornya galak-galak). Lah, kalau kami yang ngasih pinjaman? Wah, ke laut aja deh. Kami tentu tidak akan tega bersikap galak. Sudah jadi kebiasaan umum, kalau hutang ke bank dan renternir (pada hakikatnya bank juga renternir, kan pake bunga), para pengutang akan berusaha tepat waktu. Tapi kalau pinjam uang ke teman atau saudara, pembayarannya ditunda-tunda dan bahkan seolah-olah dilupakan.
Dulu sekali, saya pernah mengikuti ceramah Aa Gym, dia juga menasehati hal yang sama. Kata beliau, hutang itu akan menahan rezeki kita. Karena itu, bersegeralah bayar hutang, kalau perlu jual barang-barang. Insya Allah, Allah akan melimpahkan rezekinya pada kita.
Tapi bagaimana bila kita tak mampu (bahkan barang yang bisa dijual pun tak punya)? Caranya, berdoalah kepada Allah, minta dibebaskan hutang. Allah kan Mahatahu. Orang yang tidak peduli sama hutang dan menunda-nunda bayar hutang (padahal dia punya harta yang bisa dipakai untuk bayar hutang, minimalnya dengan cara nyicil) berbeda dengan orang yang memang benar-benar tak mampu. Dengan kekuasaan Allah, selalu ada jalan untuk bebas dari hutang. Di bulan Ramadhan ini, ada doa indah yang di antara permintaannya adalah pembebasan diri dari hutang (dibaca tiap habis sholat):
بسم الله الرحمن الرحیم
اَللّهُمَّ اَدْخِلْ عَلى اَهْلِ الْقُبُورِ السُّرُورَ، اَللّهُمَّ اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ
Ya Allah berilah kebahagiaan pada ahli kubur; berilah kekayaan pada kaum fakir
اَللّهُمَّ اَشْبِعْ كُلَّ جايِعٍ، اَللّهُمَّ اكْسُ كُلَّ عُرْيانٍ
Ya Allah kenyangkanlah semua orang yang lapar; berilah pakaian orang yang telanjang
اَللّهُمَّ اقْضِ دَيْنَ كُلِّ مَدينٍ، اَللّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوبٍ
Ya Allah lunasilah hutang orang-orang yang memiliki tanggungan hutang; berilah jalan keluara pada orang-orang yang ditimpa kesulitan
اَللّهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ، اَللّهُمَّ فُكَّ كُلَّ اَسيرٍ
Ya Allah kembalikanlah orang-orang yang terasing dari negerinya; bebaskanlah orang yang terpenjara
اَللّهُمَّ اَصْلِحْ كُلَّ فاسِدٍ مِنْ اُمُورِ الْمُسْلِمينَ، اَللّهُمَّ اشْفِ كُلَّ مَريضٍ
Ya Allah perbaikilah kerusakan yang dialami kaum muslimin; sembuhkanlah orang-orang yang sakit
اَللّهُمَّ سُدَّ فَقْرَنا بِغِناكَ، اَللّهُمَّ غَيِّرْ سُوءَ حالِنا بِحُسْنِ حالِكَ
Ya Allah gantilah kefakiran kami dengan kekayaan-Mu; gantilah keburukan kondisi kami dengan kebaikan-Mu
اَللّهُمَّ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَاَغْنِنا مِنَ الْفَقْرِ، اِنَّكَ عَلى كُلِّ شَىءٍ قَديرٌ
Ya Allah lunasilah hutang yang kami tanggung dan bebaskanlah kami dari kefakiran, karena sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu