Sebenarnya banyak buku dan artikel tentang HS yang sudah saya baca. Tapi sepertinya yang lebih nempel di otak justru hasil sharing dan curhat dari teman-teman sesama HS-er. Awalnya memang saya galau. Tapi semakin ke sini, melihat perkembangan Reza dan semakin berhasilnya saya mengubah mindset (meski belum 100% berhasil lho, tapi ada perubahanlah), kegalauan mulai berkurang.
Ada beberapa kata kunci yang saya pegang soal HS :
-Better late than early (jangan panik liat anak orang lain bisa ini-itu sementara anak kita belum bisa; ingatlah bahwa anak kita punya berbagai kemampuan dan kelebihan yang juga belum tentu dimiliki anak lain; rumput tetangga memang seringkali lebih hijau.)
Biarlah anak menjalani prosesnya dan menikmatinya, daripada diburu-buru. Contohnya, Reza baru bisa berenang setelah ikut paket les ke-3 kalinya (padahal, Rana dulu satu paket aja udah bisa). Tapi, saya melihat dari sisi bahwa perjuangan Reza lebih keras sampai akhirnya berhasil. Dia awalnya sangat takut air.Menyaksikan prosesnya sampai akhirnya dia bisa mengatasi ketakutannya, sungguh luar biasa. Saya mengajarinya teknik visualisasi (selama beberapa menit menutup mata dan membayangkan dia bisa berenang). Juga, dia berdoa setiap habis sholat, “Ya Allah tolonglah aku supaya bisa berenang tanpa pelampung lagi..”
–Fasilitasi anak untuk menemukan minat dan bakatnya sendiri, sampai akhirnya jadi pembelajar mandiri.
Benar saja, awalnya Reza memang harus dibimbing terus. Saya harus mengajaknya ini itu; menawarinya belajar ini-itu. Awalnya saya galau..sampai kapan harus begini ya? Tapi ternyata, seiring waktu, Reza bisa menemukan sendiri apa yang dia mau. Bakatnya sepertinya memang di bidang seni gambar dan craft. Jadi kegiatan yang paling dia sukai ya dua itu (ehh..satu lagi: cooking day alias masak-masak :D). Meskipun, tetap saja, ada program-program yang saya wajibkan: mengaji, menghafal Quran, membaca sirah, menulis halus, dan menulis jurnal. Dan yang membuat saya bersyukur, sekarang dia sudah mulai bisa mencari bahan pelajarannya sendiri, meski masih terbatas di dunia menggambar. Misalnya, Reza minta dicarikan you tube tutorial menggambar Ultraman atau bagaimana menggunakan Google Sketchup. Lalu, ya dia asyik sendiri mengikuti instruksi dari you tube. Reza juga sangat berminat pada bahasa Inggris sehingga dia bolak-balik membuka buku bahasa Inggris seri Tiny Talk (dulu beli di Iran) dan minta dibacakan Tintin berbahasa Inggris (sama, kebetulan dulu pernah beli di Iran). Kadang dia mengira-ngira sendiri artinya dan mencoba-coba membaca sendiri komik Tintin itu. Meski belum full ‘pembelajar mandiri’, tapi saya senang keliatannya memang Reza ada proses ke arah sana.
Oiya, pemakaian you tube harus terus didampingi (meja kerja saya berdekatan dengan meja belajar Reza) karena kuatir ada konten pornografi nyelip di sana-sini.
–HS itu bukan memindahkan sekolah ke rumah (sehingga kami tidak lagi membuat jadwal belajar ala sekolah). Jam ‘belajar’ Reza bahkan sangat panjang, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Semua kegiatannya adalah belajar meski keliatannya ‘tidak belajar’. Akibatnya, rumah kami memang jarang rapi. Kertas-kertas (untuk membuat craft) dan buku bertebaran di sana-sini. Saya punya PR besar: membiasakan Reza untuk merapikan rumah sehabis dia membuat craft. Tapi saya juga bingung, lha seharian bikin craft terus (tentu dijeda dengan berbagai kegiatan juga), kan capek juga merapihkan bolak-balik.
– Ruang belajar tidak hanya di rumah, tetapi di semua tempat. Ini masih jadi PR buat saya. Seharusnya saya banyak mengajak Reza eksplorasi alam, jalan-jalan keliling kompleks, ke sawah, dll. Cuma, sifat saya dan Reza sama persis: ga suka jalan-jalan kecuali kalau diniatin traveling (jadi, saya menyengaja bawa Reza jalan-jalan ke Lembang atau ke toko buku). Artinya, membiasakan diri keluar rumah pagi-pagi untuk jalan kaki ke sana-sini, itu berat buat kami. Saya males, Reza juga. Walhasil kami lebih sering di rumah saja. Harusnya, saya juga berkebun bersama Reza. Pernah dicoba, tapi saya lupa mengingatkan Reza utk rutin menyirami Reza pun tidak terlalu antusias. Jadi..? Ya, pokoknya ini masih jadi PR, harus dilakukan, Cuma masih perlu tekad kuat.
–Ber-HS tidak mensyaratkan ortu yang bisa segala hal, tapi ortu yang mau mendampingi anak belajar. Misalnya, saya tidak terlalu suka masak. Tapi karena Reza penasaran dengan makanan bernama apple pie, ya saya pun browsing dan bikin apple pie bersama Reza. Bikin masakan itu anak bisa belajar banyak hal (misalnya timbangan berat, apa beda gram dengan kilogram, atau apa itu mililiter; atau bahwa kalau adonan pie terlalu keras, bisa diakali dengan menambah air es)Atau, soal google sketchup. Saya blank banget soal itu. Tapi, saya mendorong Reza mencoba dan mencari tutorial di you tube, selanjutnya ya dia bisa sendiri. Saya? Tetep blank, hehe..
Sekian dulu catatan sementara ini.

hasil desain Reza dengan google sketchup

ini Fadhli (sepupu Reza). Mrk berdua membuat percobaan kimia, membuat parfum. Brhasil juga meski parfumnya cuma berupa tetesan-tetesan uap destilasi 🙂

Reza belajar menggambar dari tutorial you tube

Reza bergaya koboi. Topi dan pistolnya bikin sendiri dari karton, syalnya pake serbet makan 🙂

Reza dan saya jalan-jalan berdua saja ke Lembang, main flying fox. Reza usia 6 thn akhirnya berani juga meluncur dg flying fox yang tinggi banget. Katanya, “Aku takut awalnya takut, tapi ditahan”. Bravo Reza!

Kartu pop up unta mesir karya Reza