Aku Rindu Kamu yang Dulu

Saya dulu, duluuu sekali, punya teman diskusi yang sangat menyenangkan. Kami cocok membicarakan banyak hal. Selera bacaan kami sama, selera topik diskusi sama, selera musik juga nggak jauh-jauh lah. Sampai suatu saat muncul konflik, ternyata ada perbedaan prinsip di antara kami saat mendiskusikan sebuah isu internasional (yaelaaa.. sok banget deh yaaaa :D). Dan lamaaa.. kami tidak kontak. Tiba-tiba muncul sms darinya: aku rindu kamu yang dulu. Jiaaah.. maksudnya: rindu saya yang dulu, waktu masih ‘cocok’ ๐Ÿ˜€

Dan tiba-tiba beberapa hari ini saya juga rindu pada beberapa orang yang dulu cocok banget sama saya. Tapi, ya ampun… dalam hiruk-pikuk pilpres ini, mereka kok berubah ya…? Mana kecerdasan dan kejelian yang dulu? Kok sekarang jadi suka menyebar gosip dari media-media yang sering ketahuan menebar gosip atas nama agama? Kok sekarang dengan gampangnya klik share sebuah artikel yang belum terverifikasi, padahal di timeline saya, langsung ada bantahan dari berita yang di-share itu (mungkin inilah keuntungannya saya punya friend sangat banyak, hampir 5000 orang dan berasal dari dua kubu). Kok kalian sekarang nyinyir dengan kalimat-kalimat ga mutu? Kemana itu ketajaman analisis kalian?

Posisi saya yang ga fanatik ke satu pun di antara dua capres, serta bacaan saya yang cukup banyak dari dua kubu (artinya, cukup mendapatkan dua versi informasi), rasanya membuat saya mampu menilai, mana yang analisis (dari kubu manapun), mana yang nyinyir karena emosi dan fanatisme…

Aih benar juga kata Syekh Syaltut, โ€œFanatik kepada afiliasi politik dapat merusak cara berpikir ilmiah.โ€

Duh, beneran deh, aku rindu sama kalian yang dulu… Plis deh, ingatlah wejangan Imam Ali ra berikut: “Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu โ€“ pada suatu hari kelak โ€“ ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu โ€“ pada suatu hari kelak โ€“ ia akan menjadi orang yang kaucintai.

kampred

sumber foto:nemu di fb orang, lupa lagi siapa

11 thoughts on “Aku Rindu Kamu yang Dulu

  1. Beneeerrrr banget mbak Dinaaa… Saya juga suebeeeelll abiiisss kalo udah mulai banyak postingan soal per-capres-an. Duh, kampred berat deh, hehehehe… lucu banget mb singkatannya ๐Ÿ™‚

    • jadi ga sabar pemilu segera selesai ya, mudah-mudahan bisa balik damai lagi setelah “cakar-cakaran” (meskipun, ga yakin juga.. orang yang sakit hati karena fanatisme pasti akan bertahan lama sakit hatinya)

  2. tapi kita sebagai umat islam, harus punya hak dan pilihan, kan tidak elok jika negara yang katanya orang islamnya paling banyak, tanahnya subur. tapi hanya sebagai penonton saja

    • Tulisan ini ditujukan kepada teman-teman saya yang tadinya punya kemampuan analisis yang cukup baik, tapi ketika jadi jurkam malah ‘aneh’, melupakan cara-cara nulis yang ilmiah dan malah sering share berita hoax. Sama sekali tidak ada urusan dengan hak dan pilihan. Sama sekali tidak menyuruh orang utk netral atau jangan jadi jurkam.

  3. Pingback: Politik dan Sepiring Nasi Kuning | Dina Y. Sulaeman

Leave a reply to dinasulaeman Cancel reply