
sumber foto: liputan6.com
Saat undangan “Penyerahan Simbolis Rumah Sakit Indonesia di Gaza” saya terima, sempat terbersit rasa heran. Ah, siapalah awak ini, kok sampai diundang dalam acara seistimewa ini? Saya tidak ‘dekat’ dengan MER-C, dengan Dokter Jose yang legendaris itu pun cuma kenal di fesbuk. Saya dulu via fesbuk meminta kesediaan Dr Jose memberikan endorsment untuk buku saya Prahara Suriah, karena pandangannya tentang konflik Suriah senada dengan isi tulisan saya.
Tapi kemudian, gara-gara konflik Suriah pula MER-C dan Dr Jose difitnah oleh takfiri (disebut organisasi Syiah dan ujungnya bisa ditebak: “kalau nyumbang ke kami saja, jangan ke MER-C…” Ah, cerita lama itu, ga sulit menangkap motif serangan model begini).
Singkat cerita, saya dengan diantar si Akang, sampai juga di Teater Jakarta, TIM. Ramai terlihat orang-orang mengenakan syal yang motifnya mirip syal Hamas, dengan tulisan Rumah Sakit Indonesia di ujungnya. Karena hampir magrib, kami ke mushola dulu, di basement. Usai sholat berjamaah, kami masuk ke lobby, di sana disediakan makan malam. Saya sempat berjumpa dengan 3 dokter yang selama ini cuma kontak via FB (dan jadi narasumber saya saat saya menulis paper soal Rohingya, untuk konferensi internasional di Jogja), juga dengan dokter-dokter lain yang ramah banget. Senangnya…, serasa bertemu teman lama 🙂

Foto bareng dokter-dokter MER-C yang keren2 dan ramah banget
Lalu kami masuk ruangan teater yang ternyata besaaaaar sekali. Kami kebagian duduk di balkon (lantai 3), hehehe, panggung terlihat kecil di kejauhan, untungnya ada layar yang sangat besar. Begitu duduk, si Akang menghembuskan nafas lega. Lho kenapa? Ternyata sedari tadi dia agak paranoid, khawatir ada apa-apa. Memang selama ini dia sering khawatir. Pernah ketika kami dalam perjalanan, saya mengajaknya mampir sholat di sebuah masjid di Bandung, dia menolak. Alasannya, “Wajah Mama tuh udah dikenal takfiri.. masjid ini banyak takfirinya, nanti ada apa-apa. Ntar aja sholat di rest area.”